Rabu, 30 November 2011

VITAL SIGN

Yang dimaksud tanda vital (vital sign) adalah sebagai berikut :

Ø Kesadaran

Ø Frekuensi pernapasan

Ø Nadi

Ø Tekanan darah

Ø Suhu

Ø  (saturasi oksigen darah)


 Kesadaran

Saat pasien datang, dokter dapat langsung menilai apakah pasien sadar maupun tidak. Keadaan pasien yang tidak sadar mempunyai penanganan yang segera dibandingkan pasien yang sadar dan dapat berkomunikasi dengan baik. Adapun tingkat kesadaran terbagi atas :

Ø Kompos mentis: pasien sadar sepenuhnya dan dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik demikian pula orientasinya baik

Ø Apati : keadaan pasien yang acuh tak acuh, segan berhubungan dengan keadaan sekelilingnya

Ø Somnolen: tingkat kesadaran dimana pasien selalu ingin tidur, akan tetapi mudah dibangunkan dengan rangsang nyeri

Ø Delirium         : tingkat kesadaran kacau motorik, pasien berontak dan tidak sadar akan keadaaan sekelilingnya

Ø Soporkoma: tingkat kesadaran yang menyerupai koma, masih mempunyai respons terhadap rangsang nyeri, masih terdapat reflek batuk dan muntah.

Ø Koma: merupakan tingkat kesadaran     yang paling rendah, kesadaran yang hilang dan tidak berespons pada rangsang nyeri. Reflek batuk, muntah tidak ada.

 

Skala Koma Glasgow , merupakan nilai tingkat kesadaran yang terdiri atas respons membuka mata, respons verbal dan respons motorik. Tingkat kesadaran 15 merupakan nilai tertinggi, yakni keadaan pasien normal atau sadar sepenuhnya, sedangkan nilai 3 merupakan nilai terendah atau koma.

 Ø Membuka mata

l Secara spontan                                                                                                                       4

l Setelah mendapat perintah                                                                                                    3

l Dengan rangsang nyeri                                                                                                          2

l Tidak membuka mata dengan stimulus apa pun                                                                   1   

Ø Respons verbal

l Berbicara dan orientasi baik                    5 

l Berbicara kacau                                                                                                                     4

l Berkata tidak ada arti                                                                                                           3

l Hanya mengerang                                                                                                                 2

l Tidak ada suara                                                                                                                     1

 Ø Respons motorik terhadap  perintah verbal  maupun stimulus nyeri

l Sesuai terhadap perintah                                                                                                      6

l Respons terhadap rasa nyeri                                                                                              5

l Fleksi cepat dengan abduksi bahu                                                                                      4

l Fleksi lengan lengan dengan aduksi bahu                                                                         3

l Ekstensi lengan,aduksi, endorotasi bahu, pronasi lengan bawah                                     2             

l Tidak ada respons/gerakan                                                                                                  1


Pernapasan

Saat pasien datang, dapat dinilai apakah pasien dalam keadaan distres pernapasan yang memerlukan penanganan segera atau tidak. Pada pernapasan dinilai  frekuensi per menit serta irama pernapasan. Sebaiknya saat memeriksa frekuensi napas, tangan pemeriksa diletakkan di dada pasien.

Frekuensi napas

Ø Respiratory Rate: di hitung sedikitnya per 30 detik,

Ø Frekuensi normal 12 -18 kali  per menit, bila lebih dari 18 kali/menit disebut takipneu, sedangkan kurang dari  12 kali permenit disebut bradipneu


Irama pernapasan

Ø Normal, irama maupun gerakan pernapasan terlihat teratur

Ø Kussmaul, pernapasan cepat dan dalam ditemukan pada asidosis metabolik

Ø Biot,pernapasan yang tidak teratur baik irama ataupun amplitudonya dan diselingi periode apneu, sering ditemukan pada  kerusakan otak

Ø Cheyne Stokes, jenis pernapasan pada gangguan saraf pusat, amplitudo yang dimulai dari kecil kemudian membesar dan kecil kembali yang diselingi oleh periode apneu

 Pemeriksaan nadi
 
Ø Kuantitas / Frekuensi : Normal 60 – 100x/mnt.

l
       Gbr 2.
Cara menghitung nadi


 
lebih dari 100x/menit disebut takikardia ,sedangkan kurang dari 60 x/mnt disebut  bradikardia

l Hitung per 30 detik, bila nadi lambat/cepat maka dihitung per 60 detik untuk  meminimalkan kesalahan. 

l Irama denyut nadi regular/irregular

l  irregular sering ditemukan pada atrial fibrillation, sebaiknya langsung didengarkan via jantung.Karena gangguan ritme tak diikuti pengisian ventrikel yang adekuat pada tiap beatnya. Resultan sistole umumnya adalah stroke volume yang lemah dimana tak teraba di perifer.

Ø Isi pulse merupakan refleksikan perubahan stroke volume.

l Variasi  isi beat  ke  beat sering terjadi pada gagal jantung sistolik

l Volume pulse relatif rendah/lemah ditemukan pada hypovolemia

l Pulse kecil  disebut  pulsus parsus sedang pulse kuat disebut pulsus magnus/altus.

Ø Pengisian nadi sebelum dan berikutnya sama dinamakan  Equal bila tidak sama dinamakan nonequal

Ø Perbedaan isi nadi kiri dan kanan ditemukan pada aneurisma aorta , coartatio aorta

Ø Contoh laporan:

l frekuensi nadi 88 x/menit, regular, isi cukup, equal


Istilah Pemeriksaan Nadi Secara Palpasi

Ø Sinus aritmia; pada inspirasi denyut nadi lebih cepat daripada saat ekspirasi

Ø Ektra sistole : denyut nadi yang datang lebih cepat (permanen) yang disusul dengan keadaan istirahat yang lebih panjang

Ø Fibrilasi atrium : denyut nadi sama sekali tidak teratur. Dalam keadaan ini harus dihitung pula denyut jantung dalam waktu 1 menit, dan biasanya denyut nadi lebih rendah, perbedaan dengan denyut nadi tersebut dinamakan  disebut pulse defisit

Ø Atrio-ventrikular blok : tidak semua rangsang dari nodus SA diteruskan ke ventrikel, sehingga ventrikel tidak dapat berkontraksi dengan baik, sering terdapat bradikardia

Ø Pulsus alternans : keadaan silih berganti antara denyut nadi kuat dan lemah oleh karena kontraksi miokard yang memburuk dan a radialis menjadi lebih kecil dibandingkan dengan denyut nadi yang kuat. Pemeriksaan lebih baik bila diperiksa dengan tensimeter. Ditemukan pada dekompensasi kordis, hipertensi

Ø Pulsus paradoxus  terbagi atas

l Pulsus paradoxus dinamis, yakni keadaan nadi perifer  yang menghilang saat inspirasi dalam karena darah sebagian terhisap ke dalam rongga toraks dan kembali teraba keras saat akhir inspirasi

l Pulsus paradoxus mekanis, bila keadaan nadi perifer yang menghilang tetap lemah sampai akhir inspirasi, dan kembali normal saat awal ekspirasi. Keadaan ini sering terdapat pada pericarditis adesiva

Ø Discrotic pulse : bila segera teraba puncak pulsasi kembali setelah perabaan  puncak pulsasi arteri radialis, keadaan ini sering pada penyakit yang disertai demam, misalnya demam tifoid

Ø Pulsus bigeminus : keadaan nadi terjadi dua denyut berturut-turut, kemudian dilanjutkan pause yang lebih lama,ditemukan pada intoksikasi digitalis

 Pemeriksaan Tekanan Darah

 Pemeriksaan vital sign yang penting lainnya adalah pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer. Pemeriksaan ini menunjukan ada tidaknya gangguan sirkulasi pasien.

 Ø Normal 120/80 mmHg

l < 110/80 mmHg dinamakan Hipotensi

l >  130/90 mmHg dinamakan Hipertensi

Ø Manset sesuai dengan ukurannya,(dewasa 12 cm) semakin sempit ukuran manset, lebih tinggi tekanan darah yang didapat

Ø Posisi pemeriksan sebaiknya berada di sebelah kanan pasien

Ø Manset dilingkarkan dengan rapat pada lengan pasien, letak manset  ± 1 ½  cm di atas fossa cubiti. (pilih lengan yang dianggap normal bila salah satu lengan terdapat kelainan)

Ø Palpasi a radialis & tetapkan angka dugaan, maka tekanan darah sistolik dinaikan ± 20 mmHg di atas angka saat palpasi a radialis.

Ø Stetoscope diletakkan di atas a brachialis dengan cara palpasi di daerah fossa cubiti, dalam keadaan tidak bergerak.

Ø Bunyi nadi Korotkow pada waktu tekanan dalam manset diturunkan perlahan dengan kecepatan 2-3 mm/denyut nadi

Ø Tekanan sistole adalah bunyi pertama yang terdengar, tekanan diastole saat bunyi mulai hilang

Ø Pada tungkai bawah, palpasi a femoralis atau a dorsalis pedis lalu manset diletakkan pada distal tungkai atas dan stetoscope di atas fossa poplitea

Ø Perbedaan yang besar pada tiap lengan sering terdapat pada atherosclerosis arteri subclavia, perbedaan biasa adalah 10-15 mm Hg 

Ø Untuk pembacaan yg akurat, diperhatikan :

l Saat pengukuran tidak ada pakaian yang menghalangi  krn dpt mengganggu

l Yakinkan pasien cukup istirahat.

l Pengukuran di lakukan dengan menggunakan cuff ukuran kecil maupun besar pd pasien yg sama.

Ø Ulang bila nilai terlalu tinggi atau rendah

Ø Saat diukur,pasien diintruksikan untuk menghindari kopi, rokok, obat yang mengandung simpatomimetik.

Ø Pemeriksaan Orthostatik untuk menentukan gangguan sirkulasi darah dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah saat perbedaan posisi

l Ukur saat supine (tidur terlentang), ulangi setelah berdiri selama 2 menit. Normal nilai tidak > 20 points

l Penurunan > 20 point akan terlihat pada perubahan posisi, sering terjadi  pada cerebral hypoperfusion, hipovolemia

l Heart Rate  meningkat  > 20 points secara fisiologi merupakan usaha cardiac output memberikan kompensasi kronotropik.

l Pada perdarahan gastroIntestinal terdapat peningkatan tekanan darah/  Heart Rate setelah manuver tersebut.  Hilangnya darah secara signifikan krn turunnya tekanan darah.

l Pasien diabetes sering terdapat gangguan sistem saraf otonom & secara umum arteri tidak dapat vasokontriksi arteri saat perubahan posisi.

 Pemeriksaan Tekanan Darah Secara Palpasi

      Tempatkan jari tengah tangan kanan pada A radialis, pompa manset sampai tidak teraba pulse atau 10 points di atas nilai sistole yang ditentukan oleh auskultasi.Turunkan perlahan hingga artero radialis teraba, nilai tersebut dianggap sama dengan penggunaan stetoscope.


Suhu

 Pemeriksaan suhu dengan menggunakan thermometer (Celcius) harus dilakukan saat pasien datang di Unit Gawat Darurat.

Ø Merupakan tanda vital (kegawatdaruratan)

Ø Membantu menegakan Diagnosa dengan menilai dari sifat suhu tersebut

l Demam yang terus menerus ditemukan pada tyfoid fever

l Demam intermiten terdapat pada Tuberculosis

l Demam relaps, suhu dapat kembali normal dan kembali tinggi setelah periode tertentu, ditemukan pada malaria

Ø Demam bila suhu di atas 38-38.5o C

Ø Terdapat perbedaan lokasi, misalnya pada ketiak <0,5° C oral, < 0,2°C – 0,5° C rektal.

Ø Hipotermi suhu <35° C, hiperpireksia > 41,6° C

Ø Pada cuaca panas secara fisiologis terjadi kenaikan suhu ± 0,5° C

 Saturasi Oksigen

 Pemeriksaan saturasi oksigen sudah merupakan pemeriksaan yang penting terutama di ruangan ICU, ruang operasi bahkan unit gawat darurat, sebagai monitoring oksigenasi pasien. Untuk melakukan pemeriksaan saturasi oksigen digunakan Pulse Oksimeter.
Fungsi Pulse Oxymeter

Ø Mengukur perubahan gas dan kapasitas sel darah merah membawa oksigen

Ø

Informasi tentang derajat gangguan paru-jantung, akut maupun kronik

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar