Rabu, 29 Juni 2011

LUKA DAN KOMPLIKASINYA



LUKA

Luka dapat dibagi menjadi berbagai jenis berdasarkan kausa, bentuk luka, Ietak, berat ringannya, dan berdasarkan klinisnya.

Luka berdasarkan kausanya.
v Luka karena sebab kekuatan fisik :
-    Karena kekuatan mekanis, luka ini disebut vulnus
-    Karena thermis
-    Karena elektris
-    Karena radiasi
v Luka karena bahan kimia :
-    Asam
-    Basa
-    Garam
v Luka yang ditumpangi bakteri pathogen :  
Streptococcus sp. dan Staphylococcus cp. yang disebut luka infeksi.
Luka karena thermis, elektris, radiasi, dan karena bahan kimia akan menghasilkan luka bakar (combustio).

Luka berdasarkan bentuk luka.
1.  Luka terbuka (vulnus) :
Luka dimana kontinuitas kulit terputus, selain kulit, jaringan di bawahnya ada juga yang terputus. Luka terbuka dibedakan menjadi :
a.  Vulnus excoriativum (luka lecet)
Biasanya luka kasar dan tidak sampai lapisan sel basal kulit sehingga proses penyembuhannya berbeda dari luka yang lain, karena penyembuhannya berasal dari stratum germinativum yang menghasilkan suatu penyembuhan yang halus dan baik pada kulit yang terluka. Oleh karena itulah pembuatan vulnus excoriativum ini menjadi dasar dalam bedah plastik.
b.  Vulnus incisivum (scissum)
Adalah luka yang berbatas tegas dan rata (luka iris dan sayat)
c.   Vulnus caesum
Pada dasarnya sama dengan scissum, cuma vulnus caesum lebih besar. 
d.  Vulnus traumaticum
Luka terbuka yang melebihi sel basal dan bentuknya tidak teratur, biasanya akibat kecelakaan.
e.  Vulnus laceratum (luka hancur)
f.   Vulnus punctum (luka tusuk)
Luka di mana lebar luka Iebih kecil dari panjang (dalamnya) Iuka.
g.   Vulnus morsum (luka karena gigitan)
Luka karena gigitan manusia relatif Iebih berbahaya dari pada gigitan hewan (kecuali hewan yang berbisa)
h.   Vulnus sclopetorium (luka tembus)
Luka tembak ada 2 jenis :
1.   Vulnus penetrans
Luka tembak tidak tembus, di mana peluru masih terdapat di dalam tubuh
 2.  Vulnus perforans
Luka tembak tembus. Pada vulnus perforans terdapat 2 luka, yaitu luka akibat masuknya peluru dan akibat peluru yang keluar dari tubuh.
Luka keluar lebih besar daripada luka masuk, hal ini karena peluru tidak bergerak pada suatu garis lurus, tetapi membentuk suatu putaran pada jalur tembak saja.

2.  Luka tertutup (contusio) :
Luka di mana kontinuitas kulit masih utuh, sedangkan jaringan di bawahnya banyak yang putus. Contoh: luka benda tumpul.
Penanganannya :
Dalam 24 jam pertama, kompres luka dengan kompres dingin untuk mengurangi perdarahan (biasanya diberikan lasonil salep atau trombophob yang mengandung heparin sehingga pembengkakan dapat berkurang). Baru kemudian diberi kompres hangat untuk mempercepat proses penyembuhan.
Bila pembengkakan tidak berkurang, dapat dipikirkan untuk melakukan incisi atau pungsi untuk mengurangi hematom yang terbentuk, karena hematom merupakan deadspace yang dapat merupakan tempat pertumbuhan yang baik bagi bakteri sehingga timbul abces.

Luka berdasarkan letak.
1.  Luka tersembunyi
2.  Luka jelas

Luka berdasarkan berat ringannya.
1.   Luka ringan : luka yang dangkal.
2.   Luka dalam : luka yang cukup dalam mengenai berbagai lapisan jaringan
3.   Luka parah : luka dalam di berbagai tempat.

Luka berdasarkan klinisnya.
Pembagian luka inilah yang terbaik. Karena pembagian berdasarkan klinis ini kita dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan keadaan luka pasien. Dibagi menjadi :
1.   Luka bersih
Luka yang dibuat sengaja oleh operator.     
2.   Luka kontaminasi
Luka yang timbul pada kecelakaan yang tidak lebih dari 8 jam atau tidak melebihi golden period (0-8 jam setelah insiden).
3.   Luka infeksi
Luka kontaminasi yang sudah ada tanda-tanda infeksi (lebih dari 8 jam).

Pada Golden Period, kita dapat melakukan jahitan pada luka dengan syarat sudah dilakukan debridement.
Jahitan primer adalah jahitan pada luka. Jahitan primer dilakukan pada luka bersih dan luka kontaminasi setelah luka kontaminasi tersebut dilakukan debridement.
Debridement dilakukan dalam 4 tahap :
Tahap I     : Toiletisasi luka dengan membersihkan luka dari kotaran dengan  betadin dan alkohol 70 %.
Tahap II    : Eksisi jika masih terdapat jaringan yang kotor dan mati yang tidak hanyut pada proses tahap I. Tetapi dengan berpedoman untuk menghemat kulit secermat mungkin.
Tahap III   : Toiletisasi lagi dengan NaCl fisiologis.
Tahap IV : Tepi luka diratakan.

Pada luka infeksi tidak boleh dilakukan debridement dan tidak boleh langsung dijahit, tetapi lakukan perawatan terbuka dengan betadine dan kompres alkohol sampai 3 hari, dimana jaringan granulasi sudah timbul kemudian lakukan ondermyn agar kulit terpisah dengan jaringan granulasi, baru kemudian dijahit. Jahitan ini disebut jahitan sekunder.
Apabila luka agak terlalu besar sehingga agak sukar untuk menyatukan tepi-tepi luka walaupun sudah dilakukan ondermyn maka dilakukan autotransplantasi kulit di tempat lain. Kemudian kulit transplant tadi dijahitkan pada luka, jahitan ini disebut jahitan tersier.
Adalagi istilah jahitan situasi, yaitu jahitan pada luka infeksi yang dibuat untuk menenangkan pasien dengan sedikit menutup luka agar tidak terlalu menganga agar si pasien masih merasa diperhatikan oleh sang dokter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar