Di
dalam bahasan kali ini akan dibahas masalah syok dan keseimbangan cairan di
dalam bedah digestif. Bahasan bedah digestif lainnya akan dibahas pada tulisan
berikutnya.
Syok adalah suatu keadaan defisiensi
yang disebabkan oleh disparitas atau ketidakseimbangan antara volume darah
dengan ruang susunan vaskuler. Di dalam bedah digestif ini syok terbagi ke
dalam 6 jenis yaitu:
-
Syok hipovolemik
-
Syok septik
-
Syok obstruktif
-
Syok neurogenik
-
Syok kardiogenik
-
Syok traumatik
Dari 6 jenis syok tersebut hanya
syok septik yang tidak disertai penurunan resistensi vaskular. Sebenarnya
mekanisme syok dalam bedah ada 3 hal yaitu: mekanisme jaringan, mekanisme
radang dan mekanisme imunologis. Pada saat yang bersamaan ketiga mekanisme
tersebut dapat ada dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.
Menurut kriteria yang berlaku maka
syok dapat terjadi pada umumnya karena 3 hal yaitu:
-
Penurunan resitensi vaskular
-
Penurunan kardiak output
-
Perubahan aliran darah vena
Apabila kita tinjau lebih lanjut,
maka sebab terjadinya syok adalah:
-
Vasodilatasi pembuluh darah
sehingga ruang susunan vaskular melebar
-
Perdarahan yang menyebabkan
volume darah menurun
-
Permeabilitas pembuluh darah
yang membesar pada reaksi radang dan alergi sehingga darah dapat keluar dari
penbuluh darah
Yang disebutkan di atas hanya dapat
terjadi bila tubuh gagal mengadakan kompensasi terhadap perubahan yang terjadi
akibat volume darah turun ataupun karena ruang susunan vaskuler melebar.
Pada saat terjadinya syok maka
tubuh manusia akan kehilangan sejumlah besar elektrolit. Hal ini dikarenakan
elektrolit keluar dari dalam pembuluh darah. Karena itu setiap pasien syok
ditangani dengan pemberian infus RL untuk mengganti kehilangan elektrolit dalam
jaringan tubuh.
Penanganan pasien syok dilakukan di
rumah sakit dan biasanya dirawat inap beberapa hari untuk monitoring dan untuk
pemeriksaan beberapa penyakit yang berkaitan dengan timbulnya syok.
Tahapan syok yang saat ini dipakai
adalah:
-
Tahap terkompensasi (
Reversible )
-
Tahap tak terkompensasi (
Irreversible )
Pada tahap terkompensasi syok ini
masih baru dan apabila dilakukan monitoring cairan tubuh maka akan didapatkan
komposisinya masih utuh hanya jumlahnya berkurang.
Pada tahap lanjut atau tahap tak
terkompensasi, syok ini sudah jauh sehingga terdapat perubahan komposisi cairan
tubuh sehingga menyulitkan tubuh untuk menanggulangi, hal inilah yang
menyebabkan pasien tersebut hendaknya dibawa ke rumah sakit.
Dasar pengobatan syok haruslah
secara etiologis, artinya kita mencari penyebab terjadinya syok baru kita
obati.
Selanjutnya syok ini juga dibagi
berdasarkan dalamnya syok ada 4 yaitu:
- Ringan : Tahap 1
- Sedang : Tahap 2 dan 3
- Berat : Tahap 4
Pada tahap 1 pada umunya denyut
nadi, pernapasan dan frekwensi nadi masih normal bahkan frekwensi nadi dapat
meningkat. Pada tahap 2 denyut nadi sudah mulai melemah dan frekwensinya sudah
turun akan tetapi pernafasan masih dapat normal, baru pada tahap 3, pernafasan
sudah jelas menurun, ini berarti sudah masuk ke tahap tak terkompensasi (
decompensatio ). Pada tahap 4, kehilangan cairan sudah > 2000 ml sehingga
dapat menyebabkan kematian, sementara kehilangan elektrolit mencapai 40% dari
total elektrolit tubuh.
Kalau diperhatikan dengan seksama
sebenarnya tubuh sudah melakukan upaya untuk mecegah janganterjadi syok pada
saat awal terjadinya disparitas cairan tubuh, hanya saja hal ini bergantung
sepenunya kepada tahapan syok. Pengaturan awal perubahan pada pembuluh darah
adalah adanya VEM ( vasoexitor material ) yang berada pada endotel pembuluh
darah yang berupaya mengecilkan lumen pembuluh darah, selanjutnya dimulailah
peran ginjal dalam menjaga homeostasis yaitu dangan melepaskan angiotensinogen
yang akan diubah oleh renin yang dihasilkan oleh hati menjadi angiotensin I,
selnjutnya oleh angiotensin converting enzim yang dihasilkan paru – paru,
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II yang dapat menyebabkan
vasokonstriksi. Selain itu terdapat hormon yang dihasilkan di zone glomerulosa
kortex adrenal yaitu aldosteron yang berfungsi meretensi natrium sehingga air
akan masuk ke dalam pembuluh darah mengikuti natrium dan menyebabkan tekanan
darah meningkat. Namun bila tenyata aliran darah yang keluar terus bertambah
akhirnya dinding endotel pembuluh darah akan melepaskan VDM yaitu vasodepresor
material yang akan memperberat keadaan yang akhirnya akan timbul syok.
Pada orang yang syok akan mengalami
oligouria apabila telah sadar, ini dikarenakan tubuh menahan keluarnya cairan
secara berlebihan. Hal ini juga akan diikuti dengan pelepasan ANP atau atrial
natriuretik peptide yang dilepaskan ginjal untuk mencegah kenaikan tekanan
darah. Kalau tidak ditanggulangi lebih lanjut maka akan terjadi suatu lingkaran
setan atau circulus vitiosus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar