Rabu, 30 November 2011

Bedah Digestif


            Di dalam bahasan kali ini akan dibahas masalah syok dan keseimbangan cairan di dalam bedah digestif. Bahasan bedah digestif lainnya akan dibahas pada tulisan berikutnya.
            Syok adalah suatu keadaan defisiensi yang disebabkan oleh disparitas atau ketidakseimbangan antara volume darah dengan ruang susunan vaskuler. Di dalam bedah digestif ini syok terbagi ke dalam 6 jenis yaitu:
-          Syok hipovolemik
-          Syok septik
-          Syok obstruktif
-          Syok neurogenik
-          Syok kardiogenik
-          Syok traumatik
Dari 6 jenis syok tersebut hanya syok septik yang tidak disertai penurunan resistensi vaskular. Sebenarnya mekanisme syok dalam bedah ada 3 hal yaitu: mekanisme jaringan, mekanisme radang dan mekanisme imunologis. Pada saat yang bersamaan ketiga mekanisme tersebut dapat ada dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.
Menurut kriteria yang berlaku maka syok dapat terjadi pada umumnya karena 3 hal yaitu:
-          Penurunan resitensi vaskular
-          Penurunan kardiak output
-          Perubahan aliran darah vena
Apabila kita tinjau lebih lanjut, maka sebab terjadinya syok adalah:
-          Vasodilatasi pembuluh darah sehingga ruang susunan vaskular melebar
-          Perdarahan yang menyebabkan volume darah menurun
-          Permeabilitas pembuluh darah yang membesar pada reaksi radang dan alergi sehingga darah dapat keluar dari penbuluh darah
Yang disebutkan di atas hanya dapat terjadi bila tubuh gagal mengadakan kompensasi terhadap perubahan yang terjadi akibat volume darah turun ataupun karena ruang susunan vaskuler melebar.
Pada saat terjadinya syok maka tubuh manusia akan kehilangan sejumlah besar elektrolit. Hal ini dikarenakan elektrolit keluar dari dalam pembuluh darah. Karena itu setiap pasien syok ditangani dengan pemberian infus RL untuk mengganti kehilangan elektrolit dalam jaringan tubuh.
Penanganan pasien syok dilakukan di rumah sakit dan biasanya dirawat inap beberapa hari untuk monitoring dan untuk pemeriksaan beberapa penyakit yang berkaitan dengan timbulnya syok.
Tahapan syok yang saat ini dipakai adalah:
-          Tahap terkompensasi ( Reversible )
-          Tahap tak terkompensasi ( Irreversible )
Pada tahap terkompensasi syok ini masih baru dan apabila dilakukan monitoring cairan tubuh maka akan didapatkan komposisinya masih utuh hanya jumlahnya berkurang.
Pada tahap lanjut atau tahap tak terkompensasi, syok ini sudah jauh sehingga terdapat perubahan komposisi cairan tubuh sehingga menyulitkan tubuh untuk menanggulangi, hal inilah yang menyebabkan pasien tersebut hendaknya dibawa ke rumah sakit.
Dasar pengobatan syok haruslah secara etiologis, artinya kita mencari penyebab terjadinya syok baru kita obati.
Selanjutnya syok ini juga dibagi berdasarkan dalamnya syok ada 4 yaitu:
- Ringan    : Tahap 1
- Sedang    : Tahap 2 dan 3
- Berat       : Tahap 4
Pada tahap 1 pada umunya denyut nadi, pernapasan dan frekwensi nadi masih normal bahkan frekwensi nadi dapat meningkat. Pada tahap 2 denyut nadi sudah mulai melemah dan frekwensinya sudah turun akan tetapi pernafasan masih dapat normal, baru pada tahap 3, pernafasan sudah jelas menurun, ini berarti sudah masuk ke tahap tak terkompensasi ( decompensatio ). Pada tahap 4, kehilangan cairan sudah > 2000 ml sehingga dapat menyebabkan kematian, sementara kehilangan elektrolit mencapai 40% dari total elektrolit tubuh.
Kalau diperhatikan dengan seksama sebenarnya tubuh sudah melakukan upaya untuk mecegah janganterjadi syok pada saat awal terjadinya disparitas cairan tubuh, hanya saja hal ini bergantung sepenunya kepada tahapan syok. Pengaturan awal perubahan pada pembuluh darah adalah adanya VEM ( vasoexitor material ) yang berada pada endotel pembuluh darah yang berupaya mengecilkan lumen pembuluh darah, selanjutnya dimulailah peran ginjal dalam menjaga homeostasis yaitu dangan melepaskan angiotensinogen yang akan diubah oleh renin yang dihasilkan oleh hati menjadi angiotensin I, selnjutnya oleh angiotensin converting enzim yang dihasilkan paru – paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II yang dapat menyebabkan vasokonstriksi. Selain itu terdapat hormon yang dihasilkan di zone glomerulosa kortex adrenal yaitu aldosteron yang berfungsi meretensi natrium sehingga air akan masuk ke dalam pembuluh darah mengikuti natrium dan menyebabkan tekanan darah meningkat. Namun bila tenyata aliran darah yang keluar terus bertambah akhirnya dinding endotel pembuluh darah akan melepaskan VDM yaitu vasodepresor material yang akan memperberat keadaan yang akhirnya akan timbul syok.
Pada orang yang syok akan mengalami oligouria apabila telah sadar, ini dikarenakan tubuh menahan keluarnya cairan secara berlebihan. Hal ini juga akan diikuti dengan pelepasan ANP atau atrial natriuretik peptide yang dilepaskan ginjal untuk mencegah kenaikan tekanan darah. Kalau tidak ditanggulangi lebih lanjut maka akan terjadi suatu lingkaran setan atau circulus vitiosus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar