Minggu, 20 November 2011

Memahami Keluhan Pelanggan

Minggu lalu saya disibukan dengan dua kunjugan ke Tanjung Karang dan Batam, masalahnya kunjungan tersebut tidak bisa dilakukan menerus, dari Jogja saya ke Tanjung Karang dulu, kemudian ke Jogja, baru hari berikutnya ke Batam.
Dalam perjalanan ke dua tujuan tersebut saya menggunakan maskapai penerbangan Sriwijaya, Lion dan Batavia, dengan berbagai alasan ketiga-tiganya mengalami penundaan jadwal penerbangan, dan saya yakin kejadian ini sering dialami oleh pengunjung web ini saat anda melakukan perjalanan, dan juga dialami oleh ratusan orang bahkan ribuan orang setiap harinya di bandara.
Apa yang kita bisa perbuat dengan kejadian ini? Hanya satu cara untuk melampiaskan kekesalan ini yakni dengan SABAR, karena mau bagaimana lagi, komplain pun tidak akan pernah menyelesaikan masalah.

Pertanyaannya apakah maskapai penerbangan tidak pernah belajar dari kejadian ini? Saya yakin mereka paham akan kondisi ini, maskapai penerbangan adalah kumpulan orang-orang hebat yag membiasakan diri dengan pola kerja disiplin tinggi, lantas kenapa yang terlihat dan kita alami selama ini sepertinya tidak ada perubahan? Dan gelisahkah sebagian besar masyrakat dengan kejadian ini? Sepertinya juga tidak. Karena faktor ketidakseimbangan supply dan demand.

Hampir semua maskapai penerbangan “laris manis di buru konsumen” apalagi bila bertepatan dengan long weekend atau libur panjang yang lain, terlepas bagaimanapun pelayanan mereka di dalam pesawat, ada yang cara membacanya prosedur keselamatan penerbangan sipil asala-asalan sehinga tidak jelas awal dan ujung bicaranya, apalagi versi inggrisnya, ada yang tidak diberi minum walaupun mungkin banyak yang haus, dan tentu saja banyak juga pelayanan maskapai penerbangan yang baik.Tetapi sebagian besar konsumen tetap diam dengan kondisi ini.

Bisakah Rumah Sakit berlaku seperti ini? Mungkin ada beberapa rumah sakit yang dirasakan oleh sebagian konsumennya seperti itu, pada lapisan masyarakat tertentu bahkan tidak tahu kalau mereka diperlakukan dengan tidak semestinya, apalagi mengeluh, mereka hanya datang dan menunggu, apa kata perawat dan dokter yang merawat keluarga mereka. Masih ada banyak RS yang dengan pelayanan “seadanya” tetap saja pasien datang mengantri, seperti maskapai penerbangan yang selalu delay tetapi tetap saja banyak pelanggannya.
Rumah Sakit terutama yang berdirinya atas dasar orientasi keuntungan tidak dapat berlaku seperti itu, mereka harus menempatkan pasien sebagai prioritas utama, karena income rumah sakit hanya datang dari pasien. Bagaimana mensiasati kondisi persaingan bisnis rumah sakit yang semakin tajam, tentu salah satu cara adalah dengan menjalankan program marketing yang efektif, bagaimana marketing rumah sakit yang efektif?
Buat observasi RS pesaing dan lakukan perbedaan-perbedaan yang lebih baik, lakukan kejutan-kejutan kecil bagi pasien, dan banyak lagi hala-hal lain yang mudah dan sederhana yang dampaknya bisa saja luar biasa. Mulai dari sekarang melakukan hal yang berlawanan dengan pelayanan maskapai penerbangan yang “suka” menunda dengan alasan operasional atau apapun alsannya, jelaskan ke pasien apa yang menjadi hak-hak mereka, dan seterusnya. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar