Minggu, 05 Februari 2012

TRAUMA KAPITIS


I.            PENDAHULUAN
-    Cedera Kepala menempati urutan tertinggi dari seluruh cedera tubuh ( 74 % dari seluruh kecelakaan manusia )
-    Beberapa literatur menyatakan ± 20 % dari seluruh trauma
-    Penyebab terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas, cedera ditempati pekerjaan rumah, dll
-    Sebagian besar penderita memerlukan perawatan di RS  à  Sembuh tanpa cacat yanng berarti, cacat ringan, berat
-    Akibat cedera kepala menurunkan hari kerja dan produktivitas penderita
-    Trauma tulang kranial  :
1.        Linier
Epidural hematom  à  Bentuk tajam
2.        Impresi
Tulang tengkorak masuk kedalam
3.        Diastosis
Peregangan antar sutura

Patofisiologi  :
-    Gaya Akselerasi  :  Terjadi bila kepala bergerak akibat benturan
-    Gaya Deselerasi  :  Terjadi bila kepala yang bergerak tadi kembali berhenti.
Akibat keduanya terjadi lesi coup / kontra coup
Setelah Trauma Kapitis Terjadi  :
Cedera Primer  :
-    Hematom/laserasi kulit otot & fasia
-    Tidak ada tulang tengkorak ( Linier Impresi dan terbuka
-    Perdarahan epidural, subdural, sub arachnoid dan komasio, konstusio, lasersio serebri, intraserebral hematom

Cedera Sekunder  :
-    Cedera lanjutan, terjadi karena gangguan oksigenasi sirkulasi dan metabolik lainnya
-    Perdarahan epidural  :  Darah yanng terkumpul di tabula dan duramater
Bila oksigenasi terganggu  à  karena trauma thorax, benda asing, henti nafas
-    Sirkulasi  à  Perdarahan akibat luka terbuka maupun perdarahan dalam organ-organ tertentu. Perubahan pada metabolisme karena O2 dan nutrisi berkurang  à  Metabolis berubah dari aerob  à  Anaerob  à  Defisit ATP  à  Gangguan aktifitas sel  à  Edema  à  kematian sel

Penyebab Cedera Sekunder
-    Hematoma Thorax
-    Perdarahan abdomen, kepala  à  Volume darah ↓

II.        KLASIFIKASI
Berdasarkan Klinis  :
-    CKR ( GCS 13 – 15 )
-    CKS  ( GCS 9 – 12 )
-    CKB ( GCS 3 – 8 ) galsgow clonal
Penilaian GCS ( EMV )

Berdasarkan GCS Glasgow Comma Scale  :
-    Respon mata         :  4
-    Motorik                 :   6
-    Verbal                    :   5
E ( Eye )
1.   Tidak bisa membuka mata
2.   Membuka dengan rangsang nyeri
3.   Membuka dengan panggilan
4.   Spontan

M ( Motorik )
1.   Tidak ada reaksi dengan rangsang nyeri
2.   Desereberasi extensi dgn rangsang nyeri ( Cubit )
3.   Deteortikasi  :  Fleksi abnormal
4.   Fleksi
5.   Fleksi dan bisa melokalisasi nyeri
6.   Spontan / menurut perintah

V ( Verbal )
1.   Diam atau tidak ada suara walaupun diberi rangsang nyeri yang kuat
2.     Rintihan
3.     Kata-kata tak berarti
4.     Berbicara orientasi tak baik ( ngaco )
5.     Berbicara sesuai engan yang diinginkan ( orientasi baik )
Nilai setelah 6 jam  à  Resusitasi telah selesai, alkohol tidak ada


Jeanett ( 1974 )
-    Atasi segera perdarahan
-    Luka yang terbuka  à  Atasi
-    Bila semua stabil  à  Baru nilai GCS

Pada cedera kepala, selain gaya linier, terjadi gaya rotasi
Gaya rotasi   :
-    Pembuluh darah yang robek
-    Axon bisa diputus
-    Perdarahan subdural

III.     Berdasarkan patologi / Kerusakan jaringan otak  :

Komasio Cerebri
-    Bila kesadaran menurun  < 10 menit
-    Tanpa defisit neurologis
-    Bisa ditemukan amnesia retrogad atau anteretrogade
-    Tidak ditemukan kerusakan struktur jaringan otak
-    Diduga terjadi gangguan transfer axon
-    Beberapa bulan kemudian bisa ditemukan penurunan axon dibatang otak

Konstusio Cerebri
-    Kesadaran menurun bila > 10 menit
-    Defisit neurologis  :  Ringan s/d berat ( ringan 10-15’ ). Berat berminggu-minggu
-    Ditemukan kelainan struktur diotak berupa perdarahan interstitial
-    Bila perdarahan tumpul membentuk suatu hematom  :  Disebut perdarahan intraserebral
-    Ada memar, tidak ada robek, kesadaran menurun
Laserasi Cerebri
-    Ditemukan diskontinuitas jaringan otak
-    Pasien sadar bila mengenai daerah – daerah yang tidak berbahaya
-    Tidak memberi kelainan secara fisik, sadar penuh
-    Robek lebih besar di tempat vital  à  kelainan neurologis bahkan menimbulkan kematian
-    Robek kecil  à  Reversibel  à  Akan direabsorbso. Contoh  :  bacokan

DAI ( Diffuse Axonal Injury )
Ditemukan kelainan struktural berupa terputusnya axon-axon secara difus, namun gambaran rontgen normal ( Patient can see anything dokter can see anything )


Perdarahan Intrakranial
-    Epidural hematom
-    Biasanya terjadi apabila membentur benda lancip, bentuk sudut ( Pinggiran  tangga, meja dan benda lain ). Umumnya ditemukan tidak linier pada tulang tengkorak yang memutuskan perjalnan a. Meningea media. Darah berada diantara tabula interna dan duramater

Perdarahan Subdural
Selain akselerasi dan deselerasi, pada trauma kapitis juga terjadi gaya rotasi  à  Terputusnya Bridging Vein serta axon-axon. Darah mengisi ruang potensial antara duramater dan sub arachnoid
-    Subdural
Butuh waktu panjang beberapa jam  à  Reaksi 
-    Epidural
Beberapa menit  à  Reaksi


IV.     DIAGNOSIS
-    Anamnesis  à  Untuk kepastian
-    Klinis  :  Bisa somnolen, spor
-    Pemeriksaan penunjang  :
-    Foto shedel  :  Untuk melihat fraktur
-    Foto sinus dan basis cranii
-    Foto cervical  :  untuk dislokasi à  faraktur à  bahaya pada Med. Spinalis  à  Gagal nafas  à  Meninggal.
C III – C IV  :  Pusat nafas
-    CT Scan kepala
-    Lab rutin dan toxikologi. Untuk Toxikologi beri B1 = 100 mg IV  à  Sadar


V.        TATALAKSANA PASIEN
Ditempat kejadian
Bila perdarahan. Sedapat mungkin dihentikan  à  Gangguan nafas dapat diatasi à  Beri oksigen  à Hati-hati mengangkat ke blankar. Sebaiknya difiksasi didaerah leher

Di UGD
-    Resusitasi stabil ( Airwa, Breathing, Circulating )
-    Nilai kondisi pasien CKR atau CBB
-    Fraktur terbuka dan perdarahan epidural atau subdural  à  Bedah syaraf
-    Bila perlu resusitasi lanjutan à  ICU
-    CKR / S/B stabil dirawat diruang syaraf
-    Jaga keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa
-    Bila tekanan intra kranial tinggi  :  Kepala ditinggikan, larutan hiperosmolar, hiperventilasi
-    Berikan nutrisi enteral secepat mungkin, cegah hiper katabolisme
-    Berikan antibiotik
-    Berikan anti kejang bila perlu
-    Cegah aspirasi dan dekubitus
-    Menurunkan tekanan intrakranial  :  Dengan manitol 20 %, Gkliserol 10 %

Komplikasi
1.        Gangguan fungsi luhur :
Pelupa, susah konsentrasi, gangguan kalkulasi, gangguan bahasa, fisiokonstruksi
2.        Epilepsi
3.        Meningitis
4.        Hidrosefalus
5.        Sefalgia
6.        Broncopneumoni
7.        Kerusakan penciuman :   Anosmia, panosmia

Kriteria Trauma Perawatan
1.        Post Traumatik amnesia ( PTA ) yang signifikan
2.        Riwayat hilang kesadaran
3.        Penurunan tingkat kesadaran
4.        sakit kepala sedang atau berat
5.        Intoksikasi obat atau alkohol
6.        Tidak ada tengkorak
7.        Bocor LCS
8.        Trauma ditempat lain
9.        SC. Scan abnormal
10.     Tidak ada pengawas yang dapat dipercaya


Sindrom Pasca Trauma
Sering terjadi !
-    Dikenal sejak 1694 ( Webter ), 1822 ( Bayer )  à  Kurang mendapat perhatian
-    Terdiri dari  :
-    Gangguan kognitif  :  Memori, atensi, bahasa, visual
-    Gangguan fisik  :  Sefalgia, insomnia, kelelahan
-    Gangguan Afek  :  Depresi, mudah tersinggung, cemas


Test yang dilakukan
-    Selektif Reminding test
-    Digit Spon  à  Untuk Gangguan atensi
-    Paced auditory serebral

Daerah otak yang terlihat dalam fungsi atensi
1.        Lobus frontal / pre frontal
2.        Lobus parietal inferior
3.        Lobus temporal superior
4.        Tectum
5.        Cinguli pre frontal


Daerah Corticalis
Dibawah ini akan disinggung beberapa area dikorteks serebri yang mempunyai fungsi tertentu  :

1.        Area 17 Brodmann  :
Cortex visualis. Pada dinding dan bibir fissura calcarina
2.        Area 41 Brodman  :
Cortex auditoris. Bagian atas gyrus temporalis superior, bibir bawah fissura lateralis ( Overculum Temporalis )
3.        Area 2,1,3 Brodmann  :
Cortex sensoris. Dinding belakang sulcus centralis rolansi dan gyrus postosentralis
4.        Area 5, 7 Brodmann
Cortex assosiasi sensoris .  Bagian dari lobus parietalis, dibelakang sulcus post centralis. Untuk dapat meraba dan menggerakkan suatu benda tanpa melihat ( Stereognosie )
5.        Area 42 Brodmann
Cortex assosiasi auditoris . Untuk dapat mengerti apa yang didengar.
6.        Area 18,19 Brodmann
Daerah assosiasi visual. Untuk dapat mengenal apa yang dilihat
7.        Area 37, 39, 40 Brodmann
Pusat ingatan. Bagian belakang gyrus parietalis inferior
8.        Area 4 Brodmann
Cortex Motoris ( pyramidalis )
9.        Area 44 Brodmann
Daerah motos speach Broca di overculum frontalis

Cortex Extra Pyramidalis  :
Area 6 ( Praemotor area ), area 5 dan 7, area 22, area 8, dan area 19.xz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar