I.
PENDAHULUAN
- Cedera
Kepala menempati urutan tertinggi dari seluruh cedera tubuh ( 74 % dari seluruh
kecelakaan manusia )
- Beberapa
literatur menyatakan ± 20 % dari seluruh trauma
- Penyebab
terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas, cedera ditempati pekerjaan rumah, dll
- Sebagian
besar penderita memerlukan perawatan di RS
à Sembuh tanpa cacat yanng berarti, cacat
ringan, berat
- Akibat
cedera kepala menurunkan hari kerja dan produktivitas penderita
- Trauma
tulang kranial :
1.
Linier
Epidural
hematom à Bentuk tajam
2.
Impresi
Tulang
tengkorak masuk kedalam
3.
Diastosis
Peregangan
antar sutura
Patofisiologi :
- Gaya Akselerasi :
Terjadi bila kepala bergerak akibat benturan
- Gaya Deselerasi :
Terjadi bila kepala yang bergerak tadi kembali berhenti.
Akibat
keduanya terjadi lesi coup / kontra coup
Setelah Trauma Kapitis
Terjadi :
Cedera
Primer :
- Hematom/laserasi
kulit otot & fasia
- Tidak ada
tulang tengkorak ( Linier Impresi dan terbuka
- Perdarahan
epidural, subdural, sub arachnoid dan komasio, konstusio, lasersio serebri,
intraserebral hematom
Cedera
Sekunder :
- Cedera
lanjutan, terjadi karena gangguan oksigenasi sirkulasi dan metabolik lainnya
- Perdarahan
epidural : Darah yanng terkumpul di tabula dan duramater
Bila
oksigenasi terganggu à karena trauma
thorax, benda asing, henti nafas
- Sirkulasi à Perdarahan akibat luka terbuka maupun
perdarahan dalam organ-organ tertentu. Perubahan pada metabolisme karena O2
dan nutrisi berkurang à Metabolis berubah
dari aerob à Anaerob
à Defisit ATP
à Gangguan aktifitas sel à Edema à kematian sel
Penyebab
Cedera Sekunder
- Hematoma
Thorax
- Perdarahan
abdomen, kepala à Volume darah ↓
II.
KLASIFIKASI
Berdasarkan
Klinis :
- CKR ( GCS 13
– 15 )
- CKS ( GCS 9 – 12 )
- CKB ( GCS 3
– 8 ) galsgow clonal
Penilaian
GCS ( EMV )
Berdasarkan
GCS Glasgow Comma Scale :
- Respon
mata : 4
- Motorik : 6
- Verbal : 5
E ( Eye )
1. Tidak bisa membuka mata
2. Membuka dengan rangsang nyeri
3. Membuka dengan panggilan
4. Spontan
M ( Motorik )
1. Tidak ada reaksi dengan rangsang nyeri
2. Desereberasi extensi dgn rangsang nyeri (
Cubit )
3. Deteortikasi
: Fleksi abnormal
4. Fleksi
5. Fleksi dan bisa melokalisasi nyeri
6. Spontan / menurut perintah
V ( Verbal )
1.
Diam atau tidak ada suara walaupun diberi rangsang nyeri yang kuat
2. Rintihan
3. Kata-kata
tak berarti
4. Berbicara
orientasi tak baik ( ngaco )
5. Berbicara
sesuai engan yang diinginkan ( orientasi baik )
Nilai
setelah 6 jam à Resusitasi telah selesai, alkohol tidak ada
Jeanett
( 1974 )
- Atasi segera
perdarahan
- Luka yang
terbuka à Atasi
- Bila semua
stabil à Baru nilai GCS
Pada
cedera kepala, selain gaya linier, terjadi gaya rotasi
Gaya
rotasi
:
- Pembuluh
darah yang robek
- Axon bisa
diputus
- Perdarahan
subdural
III. Berdasarkan
patologi / Kerusakan jaringan otak :
Komasio
Cerebri
- Bila
kesadaran menurun < 10 menit
- Tanpa
defisit neurologis
- Bisa
ditemukan amnesia retrogad atau anteretrogade
- Tidak
ditemukan kerusakan struktur jaringan otak
- Diduga
terjadi gangguan transfer axon
- Beberapa
bulan kemudian bisa ditemukan penurunan axon dibatang otak
Konstusio
Cerebri
- Kesadaran
menurun bila > 10 menit
- Defisit
neurologis : Ringan s/d berat ( ringan 10-15’ ). Berat
berminggu-minggu
- Ditemukan
kelainan struktur diotak berupa perdarahan interstitial
- Bila
perdarahan tumpul membentuk suatu hematom
: Disebut perdarahan
intraserebral
- Ada memar,
tidak ada robek, kesadaran menurun
Laserasi
Cerebri
- Ditemukan
diskontinuitas jaringan otak
- Pasien sadar
bila mengenai daerah – daerah yang tidak berbahaya
- Tidak
memberi kelainan secara fisik, sadar penuh
- Robek lebih
besar di tempat vital à kelainan
neurologis bahkan menimbulkan kematian
- Robek kecil à Reversibel
à Akan direabsorbso. Contoh :
bacokan
DAI
( Diffuse Axonal Injury )
Ditemukan
kelainan struktural berupa terputusnya axon-axon secara difus, namun gambaran
rontgen normal ( Patient can see anything dokter can see anything )
Perdarahan
Intrakranial
- Epidural
hematom
- Biasanya
terjadi apabila membentur benda lancip, bentuk sudut ( Pinggiran tangga, meja dan benda lain ). Umumnya
ditemukan tidak linier pada tulang tengkorak yang memutuskan perjalnan a.
Meningea media. Darah berada diantara tabula interna dan duramater
Perdarahan
Subdural
Selain
akselerasi dan deselerasi, pada trauma kapitis juga terjadi gaya rotasi à Terputusnya Bridging Vein serta axon-axon.
Darah mengisi ruang potensial antara duramater dan sub arachnoid
- Subdural
Butuh
waktu panjang beberapa jam à Reaksi
- Epidural
Beberapa
menit à Reaksi
IV.
DIAGNOSIS
- Anamnesis à Untuk kepastian
- Klinis : Bisa
somnolen, spor
- Pemeriksaan
penunjang :
- Foto shedel :
Untuk melihat fraktur
- Foto sinus
dan basis cranii
- Foto
cervical : untuk dislokasi à faraktur à bahaya pada Med. Spinalis à Gagal nafas
à Meninggal.
C
III – C IV : Pusat nafas
- CT Scan
kepala
- Lab rutin
dan toxikologi. Untuk Toxikologi beri B1 = 100 mg IV à Sadar
V.
TATALAKSANA PASIEN
Ditempat
kejadian
Bila
perdarahan. Sedapat mungkin dihentikan à Gangguan nafas
dapat diatasi à Beri oksigen
à Hati-hati
mengangkat ke blankar. Sebaiknya difiksasi didaerah leher
Di
UGD
- Resusitasi
stabil ( Airwa, Breathing, Circulating )
- Nilai
kondisi pasien CKR atau CBB
- Fraktur terbuka
dan perdarahan epidural atau subdural à Bedah syaraf
- Bila perlu
resusitasi lanjutan à ICU
- CKR / S/B
stabil dirawat diruang syaraf
- Jaga
keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa
- Bila tekanan
intra kranial tinggi : Kepala ditinggikan, larutan hiperosmolar,
hiperventilasi
- Berikan
nutrisi enteral secepat mungkin, cegah hiper katabolisme
- Berikan
antibiotik
- Berikan anti
kejang bila perlu
- Cegah
aspirasi dan dekubitus
- Menurunkan
tekanan intrakranial : Dengan manitol 20 %, Gkliserol 10 %
Komplikasi
1.
Gangguan fungsi luhur :
Pelupa,
susah konsentrasi, gangguan kalkulasi, gangguan bahasa, fisiokonstruksi
2.
Epilepsi
3.
Meningitis
4.
Hidrosefalus
5.
Sefalgia
6.
Broncopneumoni
7.
Kerusakan penciuman :
Anosmia, panosmia
Kriteria
Trauma Perawatan
1.
Post Traumatik amnesia ( PTA ) yang signifikan
2.
Riwayat hilang kesadaran
3.
Penurunan tingkat kesadaran
4.
sakit kepala sedang atau berat
5.
Intoksikasi obat atau alkohol
6.
Tidak ada tengkorak
7.
Bocor LCS
8.
Trauma ditempat lain
9.
SC. Scan abnormal
10. Tidak ada
pengawas yang dapat dipercaya
Sindrom
Pasca Trauma
Sering
terjadi !
- Dikenal
sejak 1694 ( Webter ), 1822 ( Bayer ) à Kurang mendapat
perhatian
- Terdiri
dari :
- Gangguan
kognitif : Memori, atensi, bahasa, visual
- Gangguan
fisik :
Sefalgia, insomnia, kelelahan
- Gangguan
Afek :
Depresi, mudah tersinggung, cemas
Test
yang dilakukan
- Selektif
Reminding test
- Digit
Spon à Untuk Gangguan atensi
- Paced
auditory serebral
Daerah
otak yang terlihat dalam fungsi atensi
1.
Lobus frontal / pre frontal
2.
Lobus parietal inferior
3.
Lobus temporal superior
4.
Tectum
5.
Cinguli pre frontal
Daerah
Corticalis
Dibawah
ini akan disinggung beberapa area dikorteks serebri yang mempunyai fungsi
tertentu :
1.
Area 17 Brodmann :
Cortex
visualis. Pada dinding dan bibir fissura calcarina
2.
Area 41 Brodman :
Cortex
auditoris. Bagian atas gyrus temporalis superior, bibir bawah fissura lateralis
( Overculum Temporalis )
3.
Area 2,1,3 Brodmann :
Cortex
sensoris. Dinding belakang sulcus centralis rolansi dan gyrus postosentralis
4.
Area 5, 7 Brodmann
Cortex
assosiasi sensoris . Bagian dari lobus
parietalis, dibelakang sulcus post centralis. Untuk dapat meraba dan
menggerakkan suatu benda tanpa melihat ( Stereognosie )
5.
Area 42 Brodmann
Cortex
assosiasi auditoris . Untuk dapat mengerti apa yang didengar.
6.
Area 18,19 Brodmann
Daerah
assosiasi visual. Untuk dapat mengenal apa yang dilihat
7.
Area 37, 39, 40 Brodmann
Pusat
ingatan. Bagian belakang gyrus parietalis inferior
8.
Area 4 Brodmann
Cortex
Motoris ( pyramidalis )
9.
Area 44 Brodmann
Daerah
motos speach Broca di overculum frontalis
Cortex
Extra Pyramidalis :
Area
6 ( Praemotor area ), area 5 dan 7, area 22, area 8, dan area 19.xz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar